Sunday, August 2, 2009
INSTROPEKSI DIRI ( HARUSNYA BERSYUKUR)
Sewaktu berkendara di jalan dan mengalami kejadian nyaris ditabrak atau nyaris kecelakaan akibat hampir di senggol atau hampir ditabrak kendaraan lain entah itu motor atau mobil yang lainnya maka reaksi yang sering muncul justru banyak orang menjadi marah, tersinggung, dan kadang berupaya untuk membalas dengan justru membahayakan dirinya dan orang lainnya lagi karena tindakan tindakannya tsb, dan kadang fatalnya lagi berujung pada pertengkaran pertengkaran dan juga perkelahaian.
Aneh kalau di renungkan bukannya dengan tidak terjadi kecelakaan atau tabrakan justru itu lebih baik dari pada kejadian, dengan sikap marah dan tersinggung tersebut secara tidak sadar sebenarnya orang tersebut mengharapkan terjadinya tabrakan dan tabrakan tersebut,.
apa maunya begitu, tentu tidak tapi mengapa marah marah bukannya bersyukur keadaannya dalam kondisi baik baik saja.
coba renungkan, dengan tidak terjadi tabrakan tersebut maka Tuhan justru melindungi orang tersebut dari kejadian yg tidak diinginkan, dan orang tersebut dapat meneruskan hidupnya dengan tanpa adanya kendala yg tidak seharusnya terjadi, maka bersyukurlah pada Tuhan, karena kemarahan yg timbul itu sama saja ucapan tidak berterima kasih atas perlindungan yg sudah diberikan oleh Allah.
Meski anda merasa benar sekalipun tetap saja ucapkan syukur dan jauhkan rasa marah anda.
Sunday, April 19, 2009
ISTILAH 2 PEMBUATAN FILM (1)
pengambilan gambar secara keseluruhan, untuk obyek orang nampak seluruh tubuh beserta latarbelakangnya terlihat semua.
MEDIUM LONG SHOT (MLS)
hampir sama dengan LS hanya untuk obyek orang terlihat dari kepala sampai lutut, sedangkan bagian bagian latar belakangnya terlihat detail.
MEDIUM SHOT (MS)
untuk obyek orang terlihat dari kepala sampai pinggang, sedangkan untuk obyek benda terlihat utuh seluruhnya.
MEDIUM CLOSE UP
untuk obyek orang nampak dari kepala sampai dada bagian atas, dan untuk benda napak terlihat seluruhnya.
CLOSE UP
wajah orang kelihatan wajahnya saja, dan benda terlihat jelas bagian bagiannya.
BIG CLOSE UP
pengambilan gambar di fokuskan pada bagian tertntu saja misalnya matanya,bibirnya dsb.
GROUP SHOT
pengambilan gambar untuk kelompok orang.
TWO SHOT
pengambilan gambar di fokuskan pada dua orang.
OVER SHOULDER SHOT
mengambil gambar dua orang yang sedang berbicara, pengambilan gambar dari belakang bahu orang tsb secara berganti ganti.
PANAROMIC SHOT
pengambilan gambar dengan mengerakkan fokus kamera mengarah ke beberapa objek .
PAN LEFT/RIGHT
mengambil gambar dengan menggerakkan kamera kekanan dan ke kiri secara horisontal.
TILT UP
mengambil gambar dengan menggerakkan fokus kamera tertuju ke atas.
TILT DOWN
mengambil gambar dengan menggerakkan fokus kemera tertuju ke bawah.
TRACKING IN/OUT
pengambilan gambar secara bergerak mendekati atau menjauhi objek biasanya dengan menggunakan alat DOLLY .
APPROACH
perintah sutradara untuk pengambilan gambar bergerak dari posisi LS/MLS ke arah close shot/close up.
CRANE SHOT
pergerakan pengambilan gambar dengan menggunakan alat crane, untuk pengambilan gambar mendekati objek yg diambil atau sebaliknya menjauh dari objec tersebut.
FOLLOW
pergerakan kemarea mengikuti objec yang bergerak searah.
PULL BACK
pengambilan gambar melebar dengan pandangan yang luas diambil secara cepat .
SWISH PAN
pengambilan gambar menggerakkan pan kamera secara horisontal dengan secara cepat mengarah pada suatu objec, untuk transisi perubahan scene.
FADE IN
pengambilan gambar dengan memunculkan gambar secara pelahan dari kabur menjadi jelas
FADE OUT
pengambilan gambar dengan mengambil gambar secara pelahan dari jelas menjadi kabur dan kemudian menghilang.
ZOOM IN
pengambilan gambar menjadi lebih dekat ke objec dari semula ke long shot menjadi close up
ZOOOM OUT
pengambilan gambar dari dekat menjadi menjauhi objec, dari semula close upa menjadi long shot.
Monday, April 13, 2009
Mengapa bermusuhan? (Puisi jika)
jika kamu bisa rasakan panasnya sinar matahari akupun sama
jika kamu bisa lihat terangnya bulan akupun sama
jika kamu menghirup udara akupun sama
jika kamu maka dengan mulutmu akupun sama
jika kamu berak dari duburmu akupun sama
lantas...............
mengapa permusuhan ini ada.
jakarta Maret 2000
Tanah Yang Sama Milik Siapa? (puisi)
Tanah ini telah ada sebelum kita ada, entah sudah berapa lama umurnya
Ditanah yang sama berjuta nuansa tercipta
Melintas lalu lenyap entah kemana
Beragam cerita tercipta di tanah yang sama..ada susah, sedih, haru, bahagia dan gembira
Lantas siapa yang empunya tanah ini siapa?? aku ? kamu? atau siapa?
Jika harus saling benci
Jika harus saling bantai
Jika harus saling tikam
Untuk tanah ini yg sama ini apa maknanya ? karena tanah ini akan tertawa.
Jika kamu harus berperang dan mati kerana tanah yang sama ini buat apa perangmu?
Jika kamu harus berperang dan mengalirkan tangis karena temanmu dan saudaramu mati karena tanah yang sama ini , buat apa perangmu?
Karena Jengkal tanah yang kamu kira milikmu adalah bukan tanh milik siapa siapa bukan milikku bukan milikmu juga bukan yg lainnya
tanah itu adalah milik tanah itu sendiri, bukankah kamu dan semua orang justru yang jadi bagian dan milik tanah itu nantinya.
renungkanlah! justru tanah itu yg saksikan aku kamu dan manusia lainnya dari masa kemasa
tanah yang sama ini saksikan manusi manusia yang rakus dan tamak dan juga yang baik
tertawalah tanah yang sama itu yg akhirnya menelan manusia manusia .
Jakarta, Maret 2002
Wednesday, April 8, 2009
BUDAYA YANG HILANG
Tuesday, March 17, 2009
Building Your Screenwriting Career
Building Your Screenwriting Career - The Missing Pieces
by: Gordon Meyer
Once upon a time, there was a young man who very much wanted to be in show business, or more specifically, making movies. He attended one of the best film schools in the world, while there discovered the joys of writing and producing and everyone around him had high expectations about his career. Yet for more years than he cares to admit, that career was stalled.
Yes, ladies and gentlemen, that young man was me. And this article is for everyone who, like me, has visions of having their name up on the big screen as a writer. It’s all about the importance of getting a balance of what I call “macro training.”
Over the years, I’ve invested tens of thousands of dollars in classes, seminars, books and retreats all intended to teach me to be a better writer. Don’t get me wrong. Many of these classes were well worth the money when it came to teaching me about the CRAFT of screenwriting. I absolutely learned a lot. But talent and craft by themselves are not enough to make you a regularly working professional screenwriter.
I learned through painful experience that if you want to succeed as a professional artist in show business, whether it’s as a writer, actor, director or any other craft that’s employed by the networks and studios, you have to treat your career as a small business with yourself as the CEO. As countless people have said to me over the years, it’s called Show “Business” for a reason.
Eureka! This was the missing piece. When it finally registered with me the importance of treating my artistic endeavors like an entrepreneurial small business, I began to see things in an entirely different light. I call myself a writer and producer – and those are accurate titles – but the business I’m in is really manufacturing, sales and distribution. Huh?
Think about it. As a professional writer, you’re manufacturing a product – the things you write. In order to get paid for that product, you also have to have a sales, marketing and distribution mechanism in place so that the scripts you write can generate money for you.
Of course you have to have the talent and skills to consistently deliver quality scripts and do so on time. But talent and skill alone don’t hack it. If you want to be a successful, consistently and steadily working writer, you have to understand that you’re in the business of creating and selling products. Your products are your scripts.
Like any manufacturer, in addition to dedicating part of your business to developing and creating products, you also need to address the sales, marketing and distribution of those products (scripts) along with the business affairs aspect (contracts, accounting, etc.) of working with your customers (studios, production companies and/or networks). You don’t have to do it all by yourself, but you do need to make sure these aspects of your business as a professional writer are handled. Just by making that shift in the way you see yourself and your career, you’ll immediately transform from would-be writer to an entrepreneurial professional well on the road to success.
© Gordon Meyer, all rights reserved